Film Komedi Romantis Jodoh 3 Bujang Angkat Kisah Cinta yang Terganjal Budaya dan Tuntutan Keluarga

Setelah sukses dengan berbagai judul komedi romantis di antaranya Get Married dan Komang, kini Starvision kembali menghadirkan Jodoh 3 Bujang. Tayang mulai 26 Juni 2025 di bioskop!


Jakarta, 19 Juni 2025
Starvision, rumah produksi yang dikenal sukses dengan komedi romantis seperti Get Married dan Komang, kini kembali dengan film terbarunya, Jodoh 3 Bujang. Berkolaborasi dengan Rhaya Flicks, film komedi romantis ini diangkat dari kisah nyata yang viral dan pernah menjadi dokumenter pendek, mengisahkan tiga bujang bersaudara dalam menghadapi tradisi nikah kembar.

Disutradarai oleh Arfan Sabran, yang juga menulis skenario bersama Erwin Wu dan Alwi Shihab, "Jodoh 3 Bujang" diproduseri oleh Chand Parwez Servia dan Futih Aljihadi. Film ini dibintangi oleh jajaran aktor ternama, di antaranya Jourdy Pranata, Aisha Nurra Datau, Maizura, Christoffer Nelwan, Barbie Arzetta, Rey Bong, Elsa Japasal, Arswendy Bening Swara, Cut Mini, Nugie, Iwan Coy, Zakaribo, Le Roy Osmany, Nunu Datau, Musdalifah Basri, Arla Ailani, Hery Chan, Syamsul, dan Zulkifli.

Sinopsis dan Latar Belakang Cerita

Mengambil latar belakang budaya Bugis-Makassar, "Jodoh 3 Bujang" menceritakan tiga bujang bersaudara: Fadly (Jourdy Pranata), Kifly (Christoffer Nelwan), dan Ahmad (Rey Bong). Mereka diminta orang tua untuk melangsungkan nikah kembar karena keterbatasan biaya dalam memenuhi tradisi. Namun, situasi menjadi rumit ketika calon istri Fadly tiba-tiba dijodohkan dengan pria yang lebih mapan. Fadly pun harus berpacu dengan waktu untuk menemukan jodoh pengganti agar pernikahan kembar mereka tidak batal.

Film ini akan membawa penonton ke dalam dinamika perjuangan Fadly mencari pasangan dalam waktu singkat. Berbagai cara ia tempuh, mulai dari mencoba aplikasi kencan hingga perjodohan oleh orang tua. Namun, mencari jodoh tidaklah mudah, apalagi ditambah tekanan sosial dan tradisi yang semakin menyudutkan Fadly. Sementara itu, pernikahan kedua saudaranya yang sudah lebih siap ikut terkatung-katung, menambah kerumitan situasi.

Kekayaan Budaya dan Relevansi Modern

Produser Chand Parwez Servia mengungkapkan bahwa "Jodoh 3 Bujang" akan memberikan perspektif baru yang memperkaya perfilman Indonesia dengan menghadirkan latar budaya Bugis-Makassar. Film ini juga relevan dengan permasalahan yang banyak dihadapi anak muda saat ini, yaitu tentang mencari jodoh. Di Indonesia sendiri, menurut data Statista, terdapat 4,6 juta pengguna aplikasi kencan pada tahun 2024, sebuah fenomena yang juga direfleksikan dalam perjuangan Fadly di film ini.

Produser Chand Parwez Servia dari Starvision mengungkapkan bahwa pihaknya selalu ingin menghadirkan perspektif baru dalam sinema Indonesia. Ia menjelaskan bahwa Starvision tidak hanya berpusat pada cerita Jakarta, tetapi juga mengangkat kisah-kisah unik dan kuat dari berbagai wilayah di Indonesia. "Setelah berhasil membuat penonton Indonesia memiliki kedekatan dengan Komang, yang berlatar budaya Buton dan Bali, kali ini lewat Jodoh 3 Bujang kami ingin menyoroti kisah komedi romantis dengan irisan isu cinta beda status sosial dengan latar budaya Bugis-Makassar," kata Chand Parwez. Ia berharap penonton bisa mengambil pelajaran berharga dari pengalaman para karakter di film ini.

Produser Futih Aljihadi dari Rhaya Flicks menambahkan bahwa salah satu alasan pihaknya terlibat dalam produksi film ini adalah keyakinannya terhadap rekam jejak Starvision yang kuat dalam mengolah cerita-cerita lokal.

"Secara rekam jejak, Starvision adalah rumah produksi yang memberikan ruang secara luas untuk cerita-cerita lokal bisa dinikmati oleh penonton Indonesia yang lebih luas. Sebab itu, Rhaya Flicks pun percaya melalui film Jodoh 3 Bujang penonton Indonesia akan kembali merasakan kehangatan dalam balutan komedi romantis yang menjadi ciri khas Starvision. Ini adalah kisah yang akan memberikan kita pandangan baru tentang budaya yang begitu beragam di Indonesia," ujar Futih Aljihadi.

Penulis sekaligus sutradara Arfan Sabran menjelaskan bahwa film Jodoh 3 Bujang ingin menangkap realitas kota Makassar saat ini. Ia ingin memperlihatkan bagaimana generasi muda Makassar menghadapi tradisi yang dianut orang tua mereka, sambil juga berhadapan dengan realitas kehidupan modern.

"Makassar adalah kota yang dinamis. Industri musik hingga film, semuanya hidup. Namun, di tengah perkembangan dinamis kota Makassar, juga masih ada tradisi yang dianut dan dijalankan. Di film ini, saya ingin memperlihatkan bagaimana pergeseran tradisi tersebut serta dampaknya, baik terhadap generasi yang lebih tua maupun generasi muda sekarang," kata Arfan Sabran.

Film "Jodoh 3 Bujang" tidak hanya menyoroti dilema yang dihadapi Jourdy Pranata sebagai Fadly, tetapi juga konflik mendalam yang dialami karakter lain, seperti Nisa yang diperankan oleh Maizura. Nisa dipaksa mengikuti keputusan orang tuanya setelah dilamar dengan uang panai fantastis sebesar Rp500 juta, sementara Fadly, kekasihnya selama tiga tahun, hanya mampu memberikan Rp50 juta. Perbedaan status sosial inilah yang membuat kisah romansa mereka kandas.

"Nisa sebenarnya bukan karakter antagonis. Ia juga menjadi korban pasif dari sistem yang begitu menekan," ujar Maizura. "Karakternya kompleks, dia dituntut untuk terlihat biasa-biasa saja tapi di dalamnya menyimpan luka dan konflik batin. Dan karakter Nisa ini nyata sekali, seperti banyak perempuan di dunia nyata yang tidak bisa memilih jodoh pilihannya sendiri."

Di sisi lain, Jourdy Pranata yang memerankan Fadly, dihadapkan pada tanggung jawab keluarga. Sebagai anak pertama, ia dituntut untuk memenuhi ekspektasi orang tua dan menjadi pelindung bagi kedua adik laki-lakinya.

"Di film ini, akan diperlihatkan bagaimana seorang laki-laki mengalami perubahan yang sangat berarti pada usia tertentu," terang Jourdy. Ia sangat tertantang dengan premis film ini, apalagi ia sendiri belum pernah lamaran atau menikah. "Mungkin Jourdy dan Fadly punya kemiripan, sama-sama dalam fase mencari jodoh. Dan film ini jadi lebih menarik bagiku, karena belajar budaya seperti adanya uang panai yang seakan menjadi standar tertentu, yang menurutku jauh dari logikaku. Jadi aku banyak diskusi untuk memahami kultur Bugis-Makassar di film ini."

Sementara itu, Aisha Nurra Datau, yang memerankan Rifa—teman dekat Fadly semasa kuliah yang kini melanjutkan pendidikan di Jogja—berada pada situasi yang kontras dengan Nisa. Rifa, sebagai anak perempuan tunggal Bugis yang telah lulus S2 dan pernah umrah, justru "takut" jika uang panainya terlalu tinggi dan akan memberatkan calon jodohnya.

Meski karakternya sangat bertolak belakang, Nurra berupaya keras memahami Rifa. "Selain dari bahasa dan budaya yang harus dipelajari, karakter Rifa itu sebenarnya sangat berbeda denganku. Jadi aku harus menyelami lebih dalam dan banyak berdiskusi dengan sutradara," kata Aisha Nurra Datau. "Menurut aku film 'Jodoh 3 Bujang' ini selain bawa tradisi tapi ini adalah sebuah film yang mengartikulasikan a fresh pack of idea of woman's thinking yang ada di daerah. Baik Rifa maupun Nisa, keduanya menghadapi konflik batin mereka."

Film "Jodoh 3 Bujang" akan tayang di bioskop mulai 26 Juni 2025! Ikuti informasi terbaru melalui akun Instagram resmi @jodohtigabujang dan @starvisionplus, serta TikTok @StarvisionOfficial.

Komentar